Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Untuk Para Manusia Yang Berada Dalam Lindungan-Nya

Tulisan ini ditujukan kepada manusia-manusia yang sangat memberikan saya semangat dan istiqomah dalam menulis. Yang terhormat para senior dan sesepuh ODOP. Yang tersayang kakak-kakak PJ pulau Harapan yang selalu mengingatkan saya untuk melunasi hutang-hutang menulis saya selama seminggu penuh. Dan rekan-rekan ODOP Batch 6 yang saya kagumi karena keistiqomahannya dalam menulis selama kurang lebih dua bulan yang di mulai September lalu.  Saya ucapkan terimakasih kepada kalian semua yang selalu memotivasi saya dan menemani saya dalam menulis selama dua bulan terakhir. Saya adalah salah satu manusia yang beruntung karena dipertemukan dengan komunitas yang kece abis . Komunitas yang mewadahi orang-orang cinta menulis dan mencurahkan perasaannya dalam sebuah kata-kata. Tak hanya itu, komunitas ODOP yang kece ini selalu menyediakan pemantik keren-keren untuk menambah wawasan kepenulisan. Dan yang pasti membuat jantung dag dig dug ketika tantangan sudah siap untuk menjadi p

Jam Karetnya Indonesia Dalam Sebuah Pertemuan

Sebagai manusia kita tahu bahwa menunggu adalah sesuatu yang menjenuhkan. Bukan tentang menunggu jodoh yang tak kunjung datang, melainkan menunggu kedatangan seseorang dalam sebuah pertemuan. Salah satu penyebab persoalan diatas adalah kebiasaan buruk masyarakat dalam menghargai waktu yang sering kita kenal dengan istilah “Jam karet”. Jam karet adalah istilah yang merujuk pada konsep “Elastisitas” waktu, dimana waktu yang telah ditentukan bukan merupakan hal yang pasti, melainkan sesuatu yang dapat diundur. Sehingga kebiasaan mengulur waktu inilah dapat menimbulkan permasalahan baru lainnya. Budaya jam karet bukanlah sesuatu yang baru lagi di Indonesia, bahkan sudah mengakar di kehidupan masyarakat contohnya mahasiswa. Apa yang menjadi penyebab adanya jam karet? Umumnya jam karet terjadi karena rasa malas pada pribadi masing-masing. Namun tidak semua orang memiliki rasa malas yang akut. Mungkin ada orang yang senang menjadi pusat perhatian jika terlambat, atau memang ada orang y

Mati Tak Bergerak

Mata berhenti memandang Kaki berhenti melangkah Mulut berhenti berucap Otak berhenti berpikir Darah berhenti mengalir Jantung berhenti berdetak Hati berhenti merasa Seketika napas terhenti Tak tergerak sedikitpun dari jasad Rohpun terbang melayang Taka da siapa yang berhak menemani Kecuali dia sang segala amal ibadah dunia *puisi pemula

Merdekalah

Usai dia menghilang Bayangnya selalu terbang melayang Terombang-ambing diterpa angin kegelapan Jejaknya hangus dari peradaban Rindu bukan lagi permasalahan Kenangan mulai lepas dari ingatan Air mata bukan lagi kesedihan Senyuman bukan pula pelampiasan Dirinya adalah dirinya Masa lampau adalah tempo lama Esok mu menunggu di depan sana Jangan siakan hanya karena dia *puisi pemula

Kata Darinya

Dari huruf dia menyapa Guratannya selalu bermakna Walaupun hanya satu kata Dia telah membuat hati bahagia Selalu singkat dan padat Jelas bukan lagi tersurat Melaikan sangat tersirat membuat otak berhenti berkutat tetap fokus pada katanya nafsu menyambar kehilangan logika kadang tak berbuah apa-apa melaikan mendatangkan dosa tak berhingga *puisi pemula

Mengangguhkan 3 hari untuk 3 hari lainnya | bagian dua

Helo... Selamat datang kembali di blog atau laman-Nafida...  Sama seperti sebelumnya saya akan nggunakan bahasa yang kesannya sok kenal sok dekat. Sepertinya saya mulai kecanduan. Ehehehe maafkan ya. Postingan sebelumnya adalah tentang peristiwa 26-28 Oktober 2018. Tepatnya kesalahpahaman yang pertama pada kegiatan makrab atau pelatihan ukm kampus saya. Beda dari sebelumnya, sekarang saya mau membahas tentang secuil materi pertama yang masih terngiang di otak saya hingga saat ini. Sebenarnya hanya beberapa kata, tapi entah kenapa kata-kata itu sedikit membuat saya jadi tergerak.  Apakah kalian pernah menyesali seuatu? Atau belum move on dari sesuatu yang diinginkan tapi belum kesampaian. Saya sering nih gaes. Saya pernah dan sampai sekarang belum move on darinya. Tapi jika kalian sadar, hal tersebut lah yang menjadi penghambat kalian untuk berubah menuju kesuksesan lainnya. Contohnya, kalian belum move on dari mantan orang yang kalian suka, dan kalian keukeuh sama dia. Padahal

Menangguhkan 3 hari untuk 3 hari yang lain | bagian satu

Hai hai hai...  Selamat datang kembali di blog atau laman-Nafida...  Sama seperti sebelumnya saya akan nggunakan bahasa yang kesannya sok kenal sok dekat. Sepertinya saya sedang kecanduan. Ehehehe maafkan ya. Kemarin tanggal 26-28 Oktober 2018 saya mengikuti pelatihan penulisan dari ukm kampus saya. Bukan pelatihan sih, tapi sejenis makrab yang isinya kebanyakan materi. Nah, dari situ lah saya ingin sedikit berbagi sekaligus curhat tentang makrabnya.  Pertama kali saya baca rundown nya saya sedikit kaget, ini pelatihan atau makrab sih? Isinya kok materi semua, oke kayaknya saya yang salah paham dari sebelumnya. Pertama saya salah baca di poster, saya kira pelatihannya tanggal 26-28 November, eh saat cek gryo WA kenapa ikon grup nya H-2. Karena saya jarang buka grup, akhirnya saya baca lagi tuh chat-chatan temen-temen. Terpaksa manjat berpuluh-puluh chat. Dan saya akhirnya menemukan kenyataan bahwa pelatihannya memang hari jumat pekan ini. Oh ya Allah, inikah azab dari jarang

Nge-Beach Camp di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta | bagian lima

Yuhuu... Selamat datang kembali di blog laman-nafida. Masih pada judul “Nge-Beach Camp di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta” masih seperti postingan sebelumnya yang judulnya sama nih dimana aku menggunakan gaya bahasa yang sedikit sok kenal sok dekat. Maaf lagi baru posting, dikarenakan penulis masih ada tanggungan uta sampai minggu depan. Jadi nulisnya sebisanya aja pas waktu senggang.  Lanjutan dari tulisan sebelumnya nih. Masih lumayan seru kok, bagiku sih...  Wkwkwk. Setelah nikmat makan bersama dengan makanan alakadarnya, air pantai sudah lebih tinggi dari sebelumnya, ombak pun makin pasang. Enak nih buat main-main dan berenang. Setelah rundingan pagi kita akan main apa, sejenak mata memandang. Ada sebuah perahu kecil, eh bukan ada subuah benda yang mirip banana tapu bukan banana boat, aku nggak tau namanya apa. Intinya itu benda bisa di naiki hanya maksimal tiga orang. Semua harus main air. Itu ucapan salah satu dari teman kami. Tapi awalnya aku menolak karena sedang uzur.

Nge-Beach Camp di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta | bagian empat

Selamat datang kembali di blog laman-nafida. Masih pada judul “Nge-Beach Camp di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta” masih seperti postingan sebelumnya yang judulnya sama nih dimana aku menggunakan gaya bahasa yang sedikit sok kenal sok dekat. Maaf lagi baru posting, dikarenakan penulis masih ada tanggungan uta sampai minggu depan. Jadi nulisnya sebisanya aja pas waktu senggang.  Oke, lanjut cerita  Nge-Beach Camp di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta. Setelah asik bincang-bincang malam alias curhat-curhatan, acara kami selanjutnya adalah main ke pupau kapuk alias tidur. Itu adalah jalan-jalan yang paling aku tunggu, karena aku hobi bobok syantik, ehehehe. Padahal kalo tidur saat di tempat umum tuh nggak terlalu nyaman, tapi aku masih aja bisa bobok nyenyak, mungkin karena adek sudah lelah. Wkwkwk. Tapi saat dikatakan malam terlalu malam atau pagi terlalu pagi aku terbangun seketika ketika mendengar tangisan dari arah luar tenda. Ya Allah itu bukan horor lagi, aku sampai ngg

Curhatan Penulis | Selalu jadi detlein

Selamat datang di laman-Nafida ... Selamat berbelanja ... *ups. Mulai ngaco nih.  Seperti sebelumnya nih teman-teman, penulis masih menggunakan gaya penulisan yang rada sok kenal sok dekat.  Curhatan penulis kali ini adalah 'selalu jadi detlein'. Sebenernya itu bukan typo atau nggk tau bahasa inggris, tapi emang di buat begitu, karena sudah kesal, jenuh, lelah, galau, dan sebagainya.  Penulis sedang lelah nih ... Kalau kalian baca tulisan sebelumnya mungkin kalian mengerti. Ya penulis butuh pengertian. Penulis juga manusia...  HIKS.  Salah satu penyakit penulis yang belum sembuh-sembuh dari dulu adalah malas hingga menyebabkan detlein akut. Ahahaha, yuhuuu penulis termasuk menjadi manusia yang dateliner, suka nge-dateline.  Minta saran dong kepada pembaca untuk penulis ... Penulis juga ingin minta maaf kepada para PJ (para jomblo) *ups, maksud penulis para penanggung jawab Odop batch 6. Karena penulis saat ini sedang sakit. Yaitu sakit jenuh..  Hiks...

Curhatan penulis | Mulai ngaco

Selamat datang di laman-Nafida ... Selamat berbelanja ... *ups. Mulai ngaco nih.  Seperti sebelumnya nih teman-teman, penulis masih menggunakan gaya penulisan yang rada sok kenal sok dekat.  Kali ini penulis sedang dilanda kegalauan, tepatnya sedang jenuh. Jenuh dengan segala sesuatu yang dijalani. Tapi bukan bosan untuk hidup ya, penulis masih ingin hidup kok.  Kejenuhan yang dirasakan penulis adalah lelah dengan kehidupan yang mengalir begitu saja. Penulis merasa hidupnya datar aja, kurang ada tantangan. Sebenarnya udah banyak sih tantangan dan rintangan yang dihadapi penulis. Misalnya ya rasa jenuh ini.  Entah kenapa penulis merasa bosan dengan hal yang disukai oleh penulis sendiri. Slah satunha ya ini, menulis. Ketika penulis mulai terjun di dunia kepenulisan walau cuma di blog atau laman pribadi dengan mengikuti komunitas yang mewadahi kawan-kawan penyuka menulis, *sebut saja ODOP, penulis mulai merasa tertantang karena peraturannya yang wajib di patuhi yaitu menulis

Nge-Beach Camp di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta | bagian tiga

Selamat datang kembali di blog laman-nafida. Masih pada judul “Nge-Beach Camp di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta” masih seperti postingan sebelumnya yang judulnya sama nih dimana aku menggunakan gaya bahasa yang sedikit sok kenal sok dekat. Tak apa lah ya, aku memang ingin pembaca terasa lebih dekat denganku kok. Itu jujur dari hati yang terdalam loh …  Oke, kita lanjut dari cerita yang sebelumnya ke carita selanjutnya. Setelah keberangkatan kami menuju pantai Drini yang sedikit mendrama itu, kami mulai menikmati malamnya jalanan Yogyakarta. Eh, sepertinya aku doang deh, tidak tau kalau yang lainnya (ehehehe). Perjalanan kami memakan waktu tempuh selama kurang lebih 2 setengah jam. Karena kami berangkat tepat ba’da maghrib (anggap saja pukul 18.30 WIB, waktu Indonesia biasa molor) dan sampai di tujuan kira-kira pukul 21.00 WIB, aku tidak tahu tepatnya kapan. Karena daku menebeng teman dan tidak menyetir, jadi maklum kalau kadang-kadang kantuk menggelayuti diriku. Selain itu,

Nge-Beach Camp di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta | bagian dua

Selamat datang kembali di blog laman-nafida. Masih pada judul “Nge-Beach Camp di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta” jadi sedikit berbeda dengan postingan sebelumnya, dimana aku mem-posting tulisan dengan kesan yang “mengajak” atau mungkin sok kenal sok dekat. Aku kurang tau istilahnya apa, jadi mohon dimaklumin kalau ada kata yang tidak baku dan sejenisnya. Kalau sebelumnya membahas apa yang aku dapetin setelah nge-Beach Camp walaupun baru satu. Kali ini aku akan menceritakan perjalanan ang bener-bener perjalanan, mulai dari berangkat sampai balik lagi ke tempat asal. Oke, karena sekarang kita berada pada jaman dimana dunia teknologi bekembang pesat, berati kita merasakan yang namanya pakai applikasi ‘whatsapp’. Yap dari situlah awal perjalanan kami. Setelah merencanakan jalan-jalan dan refresing, akhirnya kami memutuskan nge-Beach Camp di pantai Drini. Salah satu pesona wisata yang harus kalian kunjungi jika ingin menikmati seluruh wisata di D.I. Yogyakarta. Meskipun Yoga

Nge-Beach Camp di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta | bagian satu

Selamat datang di blog laman-nafida. Berbeda dengan postingan sebelumnya, kali ini aku mem-posting tulisan dengan kesan “mengajak” atau mungkin sok kenal sok dekat. Aku kurang tau istilahnya apa, jadi mohon dimaklumin kalau ada kata yang tidak baku dan sejenisnya. postingan kali ini akan membahas tentang perjalananku dan teman-teman organisasi yang sebenarnya ini adalah program kerjanya juga. Apa itu? sebut saja “Nge-Beach Camp di Pantai Drini Gunung Kidul Yogyakarta”. Kenapa aku ingin membagikan tulisan ini? Em … aku posting tulisan ini karena perjalanan terrsebut adalah pertamakalinya aku nge-Beach Camp dan itu bersama orang lain. tentunya banyak sekali yang aku dapetin dari perjalan ini. Kalian pasti tau biasanya nge-Beach Camp itu ngapain. Pastinya jalan-jalan, main-main, refreshing, dan lain sebagainnya, yang penting menyenangkan. Benar sekali inti dari nge-Beach Camp adalah untuk senang-senang, tapi ada juga looo nge-Beach Camp yang tujuannya nggak cuma itu. misalny

BUKAN PENCURI

“Aku bukan pencuri.” Itulah yang ingin kami katakan kepada manusia yang biasa menuduh kami dengan sebutan pencuri.  Aku sadar jika kami adalah bangsa kucing liar atau kucing jalanan tidak memiliki tempat. Sekali memiliki tempat kami harus bisa mempertahankan tempat itu. JIka bukan kucing yang kuat dan garang, tempat itu bisa saja diambil kucing lain yang lebih sangar. Lalu bagaimana dengan kami para kucing jalanan yang lemah? Terlebih kami para betina. Menjadi kucing betina merupakan kehendak dari tuhan yang maha kuasa. Tapi menjadi kucing liar bukanlah suatu pilihan. Terkadang aku sedikit iri dengan kucing-kucing rumahan. Tidak, maksudku kucing yang dirinya diasuh oleh manusia dan tinggal nyaman di rumahnya. Aku tidak tahu bagaimana perasaan mereka jika diasuh oleh manusia, pikirku hidup mereka akan terjamin. Karena aku adalah kucing yang hidupnya dijalanan. Hidup itu memang ‘sawang sinawang’. Kita melihat dia enak dengan hidupnya dan merasa menderita dengan kehidupan kita.

CURHATAN SEPASANG SEPATU

Hai, kenalkan aku adalah salah satu benda yang di produksi oleh produsen. Ya, aku diciptakan oleh manusia, bukan dilahirkan. Kalian manusia pasti tahu akan diriku, karena jika tidak ada diriku mungkin kalian bisa terluka, karena aku diciptakan bukan hanya untuk menghiasi tubuh kalian, tapi sebagai pelindung kalian. Manusia menganggapku sebagai kebutuhan sekunder. Oke aku dibutuhkan hanya saat-saat tertentu.  Aku diciptakan dengan berbagai jenis sesuai kegunaanya. Ada yang menciptakanku khusus untuk olahraga, untuk penari balet, dan lain sebagainya, untuk menghadiri acara pun berbeda-beda. Aku senang menjadi benda yang berguna untuk manusia. Aku sangat berterimakasih kepada sang penemu pertama diriku, yang entah siapa itu.  Aku dicipatakan selalu memiliki pasangan. Jika aku kiri, pasanganku adalah kanan. Jika aku kanan pasanganku adalah kiri. Jika pasanganku menghilang, mungkin aku akan menjadi benda yang terbuang, karena aku sudah tidak berguna lagi untuk manusia. Selain

BANGAU SORE BERBICARA | Bagian dua belas

"Apakah kamu benci sore?" sebuah pertanyaan yang susah mudah dijawab oleh Amira.  "Aku tidak membenci nya, hanya saja aku tidak terlalu suka dengannya, karena sore selalu datang bersama orang-orang yang membawa lelahnya." jawab Amira. "Kamu hanya melihat pada satu sisi saja. Coba kamu lihat sisi lainnya. Kamu tahu fotografer? Mereka tidak akan mengambil sisi yang dilihat oleh manusia kebanyakan. Mereka punya sisinya sendiri yang disebut angle." lelaku yang usianya berada satu tahun diatas Amira menjelaskan pendapatnya sambil mengacungkan jari telunjuk yang tak mengarah pada apapun.  "Ya,  ya,  ya,  aku juga tahu itu kali kak." "Kalau tau kenapa tidak coba? " "Coba apanya?" "Melihat sisi yang berbeda. Coba pikirkan." "Aku sedang tidak ingin berpikir. Kalu begitu bagaimana pendapat kakak tentang sore?" "Sore adalah tempat kita kembali, bukankah kita pulang saat sore har

BANGAU SORE BERBICARA | Bagian sebelas

Ini adalah pertemuan keempat Amira dengan Lintang. Pertemuan yang isinya masih teka teki. Amira telah mengakhiri kelas sejak pukul 16.00 WIB. Dan saat ini jam pada ponselnya masih menunjuk angka 16 lewat 20. Butuh waktu 40 menit lagi untuk ia bertemu Lintang. Sesekali ia menyalakan layar ponselnya melihat pertambahan angka berharap pukul 17.00 WIB segera tiba.  Sebenarnya tempat yang akan Amira datangi hanya atap tertinggi di fakultasnya. Ia hanya perlu menggunakan tangga karena ia berada satu lantai dibawahnya, tepatnya lantai empat. Amira mengembuskan napas pelan. Ia melmandang lantai berubin yang ia pijaki. Matanya mulai sayu. Perlahan kelopak matanya turun memejam. Beberapa menit ia sudah tak sadrkan diri.  "Hei, ayo ke atas." seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya. Kepala yang ia letakkan diatas meja didepannya menghantam siai samping meja. Ia terkejut dengan pukulan tangan manusia yang entah siapa itu. Dia mengelus-elus bagian kepala yang terdaduk sembari meng

BIOGRAFI BANG FIERSA

Siapa yang tak kenal dengan bang Fiersa. Lelaki muda yang suka berslogan "salam literasi" untuk mengakhiri video unggahan youtubenya itu adalah seorang penulis muda yang cinta seni musik dan hobi berpetualangan.  Bang Fiersa memiliki nama lengkap Fiersa Besari. Beliau lahir di kota kembang, 3 Maret 19XX (sensor sedikit lah biar nggak malu sama umur).  Beliau terlahir dari keluarga sederhana yang berada di kotanya.  Bang Fiersa merupakan  salah satu  lulusan STBA Yapari Bandung sarjana Bahasa Inggris yang pada akhir semester tujuh jatuh cinta dengan sastra Indonesia. Beliau yang sudah lama jatuh cinta pada dunia musik membuat sebuah studio komersil pada tahun 2009. Di sanalah ia mulai merekam karya-karyanya. Pada tahun 2012, Beliau membuat sebuah album dengan jalur distribusi independen berjudul 11:11. Album itu terjual habis laris manis. Sebelum berkelana mengelilingi negeri tercintanya, ia sempat merilis mini album berjudul 'Tempat Aku Pulang'. Mini alb

BANGAU SORE BERBICARA | Bagian sepuluh

"Kamu akan menyesalinya jika tidak mengikuti perkataan ku karena ini demi Elang."  ucapan Lintang kemarin masih bergema di telinga Amira. Benarkah seseorang bernama Lintang itu mengenal Elang. Apa yang sebenarnya terjadi? Semua prasangka mulai berputar di kepala Amira.  Akhirnya hari ini datang. Amira sudah menanti dari semalam. Lebih tepatnya ia menanti jawaban yang membuatnya penasaran. Ia mengikuti permainan Lintang. Ia mengiyakan segala permintaan Lintang selagi ia bisa. Ia percaya Lintang tidak akan meminta hal aneh jika ia benar-benar sahabat Elang.  Amira membuntuti Lintang. Kakinya hanga melangkah mengikuti arah langkah Lintang. Kepalanya menunduk, matanya menantap fokus sepatu berwarna jingga milik Lintang. Kaki bersepatu jingga itu tiba-tiba menghentikan langkahnya.  "Disini." Amira sontak ikut berhenti. Ia mengangkat sedikit wajahnya melirik paras elok Lintang. Amira mengangkat kedua alisnya.  "Tuh. Lihat." Lintang menujuk ses

BANGAU SORE BERBICARA | Bagian sembilan

Amira mendadak membisu. Matanya yang mulai berkaca-kaca masih fokus pada tatapan Lintang dengan kepala yang mendongak. Kepalan tangannya mulai meregang setelah mendengar ucapan Lintang yang mengejutkan hatinya. Lintang mengaku bahwa ia adalah sahabat Elang. Tentu Amira akan menolak pernyataan itu, namun Lintang berusaha meyakinkannya.  "Kamu tidak akan bisa mengelak jika aku sahabatnya Elang."  "Buktikan bahwa perkataan mu itu benar!" Paksa Amira. "Kamu tidak lupa mengapa aku ingin menemuimu di atap kan?" Kelopak maya Amira berkedip-kedip karena kebingungan dengan pertanyaan Lintang. Tampaknya ia memang lupa mengapa ia berada diatap beberapa waktu lalu. Dahinya mengerut seperti sedang memikirkan sesuatu. gadis itu benar-benar lupa mengapa ia menuruti permintaan Lintang kemarin sore. "Seperti kataku kemarin sore. Ada yang ingin kusampaikan padamu." Amira memalingkan muka dari hadapan Lintang. Ia berusaha tak peduli dengan ucapan

BANGAU SORE BERBICARA | Bagian delapan

“Maafkan aku … ” Mata Lintang memerah, tangan kanannya menutup sebagian wajahnya, tepat pada kedua matanya. Ia menyandarkan pungggung ke dinding tepian pintu menuju tangga. Perlahan badannya melemah, punggungnya merendah menggesek dinding hingga ia terduduk dengan kaki yang setengah melipat. Tangan kirinya merangkul kedua kakinya sedang tangan kanannya menyangga kepala yang matanya memejam.  Lama ia duduk termangu. Renungannya bubar setelah sebuah benda metalik bergetar di saku celananya. Ia mengangkat kepala yang bertopang tangan kanannya dan merogoh sakunya. Ia memperhatikan layar ponsel yang bergambar dirinya dengan seorang pria. Matanya berair setelah matanya terfokus pada sosok pria itu. Jempolnya mengusap foto wajah pria yang ada di sampingnya. Menyadari dirinya yang merasa pilu, ia langsung menghapus air mata dan pergi meninggalkan ruangan tanpa atap itu. Lintang menuruni tangga dengan santai. Tangannya masih menggenggam ponselnya yang berwarna abu-abu. Dari arah tangg

BANGAU SORE BERBICARA | Bagian tujuh

Tatapan matanya kosong. Kalimat itu terngiang di telinga Amira. Kalimat yang dilontarkan Lintang sebelumnya seolah-olah merasuki pikirannya. Ia mengembuskan napas kesekian kali. Tantapan hampanya mendatangkan bayang-bayang wajah pria yang sampai saat ini ia simpan di memori otaknya. Pria itu selalu memberikan perhatian lebih pada Amira, yang mana mungkin dapat mendatangkan kesalahpahaman. Namun Amira hanya menggagpnya sebagai kakak. Memanggil namanya saja ia selalu menyelipkan kata ‘kak’. Kak Elang. Walaupun mereka pada jurusan yang sama dan angkatan yang sama pula. Amira mengenal Elang dua tahun yang lalu tepat masa orientasi mahasiswa. Kala itu Amira bingung dengan teka-teki yang diberikan kakak panitia. Dengan besar hati tiba-tiba seorang pria berkulit sawo matang yang duduk disamping kanannya menuliskan sesuatu menggunakan tangan kiri. Itulah pertemuan Amira dan Elang pertama kali.  Pertemuan selanjutnya pada saat kelas bahasa Indonesia. Amira yang sedang tidak enak bada

BANGAU SORE BERBICARA | Bagian enam

Lintang mencengkeram kuat lengan atas kanan Amira. Ia terdiam ketika air mata Amira mengalir membasahi pipi lucunya. Tangannya berusaha menggapai pipi Amira berharap bisa menghapus luka yang telah membuat Amira bersedih. Usahanya itu terhenti ketika Amira memalingkan wajahnya dari Lintang. Lintang pun mengurungkan niatnya dan melepaskan cengeramannya setelah sadar bahwa ia membuat Amira tidak nyaman. Ia melihat reaksi Amira yang berlari meninggalkannya sendiri di atap. Wajah Lintang pun turut merenung.  “Maafkan aku … ” Mata Lintang memerah, tangan kanannya menutup sebagian wajahnya tepat pada kedua matanya. Ia menempatkan badannya dengan melipat kedua lutut dan bertumpu pada telapak kakinya. Dalam hati Lintang ia sangat senang ketika menemukan Amira di atap. Ia tak menyangka jika Amira mengiyakan keinginan manusia yang belum dikenalnya baik. Ia tahu jika perasaan Amira tak karuan, dan dengan usahanya ia mencoba membuat hati Amira kembali bahagia. walaupun akhirnya gagal.

BANGAU SORE BERBICARA | Bagian lima

“Kamu pandai membuat bangau kertas ya?” Amira terkesima melihat keliahaian tangan teman satu jurusannya. Dalam lima menit temannya itu sudah membuat lima bangau kertas. Elang, begitulah Amira memanggil nama temannya itu. Elang sudah menjadi kakak sendiri bagi Amira, selain usianya satu tahun lebih tua, Elang juga memiliki sifat yang selalu perhatian kepada Amira. “Nih.” Elang menyodorkan lipatan kertas yang masih sederhana. Tangan Amira terhenti bergerak yang sebelumnya sibuk menulis tugas. “Sini, aku juga bisa.” Amira menyerobot kertas dari tangan Elang dengan lagaknya. “Hahaha … kamu kalau tidak bisa jangan sok deh.” Amira mengerucutkan bibirnya setelah mendengar ejekan sahabatnya. “Nih … lihat baik-baik.” Elang memberi arahan pada Amira. Amira memperhatikan gerakan tangan Elang dengan seksama. “Yeay, jadi.” Amira mengangkat tangannya yang memegang bangau kertas buatannya dengan senyuman lebar terlukis di wajahnya. “Coba kamu bebaskan bangau itu ke udara.” “Tidak mung

BANGAU SORE BERBICARA | Bagian empat

“Aku Lintang.” Lintang masih mengulurkan tanganya kehadapan Amira. Amira sedikit mencuri pandang pada Lintang. “Lalu?” Tanya Amira. Lintang hanya tersenyum dan menggeleng. “Kamu Amira kan?” Lintang mulai menurunkan tangannya.  Amira menatap sinis. “Bukan.” Jawabnya singkat. “Kalau begitu itu bukan bukumu.” Amira mengerutkan dahi, ia menyembunyikan tangannya yang memegang buku kecilnya kebelakang.  “Aku Lintang dari prodi * Fisika.” “Aku tidak Tanya.” “Aku memberi tahu.” “Bukan urusanku.” Amira mulai melangkah menginggalkan Lintang. “Amira!” langkah Amira terhenti. “Esok temui aku di sini pada waktu yang sama. Ada yang ingin ku sampaikan.” Amira menolehkan wajahnya ke arah posisi Lintang saat itu. Lintang sudah berjalan membelakangi Amira. “Gak jelas banget sih.” Gumam Amira kesal. *** “Apa yang sedang kulakukan? Amira … kau sudah gila ya?” Amira mendesah. Punggungnya sedikit menyender di pagar pembatas gedung berlantai lima. Ya, dia datang

BANGAU SORE BERBICARA | Bagian tiga

“Ya aku merencanakan itu. puas?” Pria bertubuh jangkung mengernyitkan dahinya lagi. Mulutnya berdecak. “Dasar bodoh.” Ucap sang pria. Ia melepas genggaman pundak Amira dengan kasar dan membuat Amira merintih kesakitan. Amira menggigit bibir bagian bawah. “Bodoh?” Pria itu memalingkan wajahnya dari tatapan masam Amira. “Kalau itu pilihanmu ya sudah, terserah kamu.” Kaki panjang pria jangkung itu melangkah menjauh dan memunggungi Amira. Amira yang keheranan dengan pria aneh itu tak mengiraukannya, ia kembali meraih buku kecil yang tersangkut pada atap tembok sebelah pagar pembatas. Tangannya yang pendek tak sampai untuk meraihnya. “Kamu itu memang bodoh ya?” suara pria itu muncul kembali. Amira tetap tak mempedulikannya, ia hanya fokus apa yang ia lakukan. Sang pria tercengang dengan kelakuan aneh Amira. Matanya tak sengaja mendapati sesuatu yang Amira raih. Ia melirik sedikit wajah Amira dari samping yang terlihat meminta pertolongan. “Minggir.” Pria itu meraih tangan

BANGAU SORE BERBICARA | Bagian dua

“Mati seperti dia.” Mata bulatnya terbuka kembali. Tangan kanannya masih melambai pelan mengisyaratkan bahwa mereka tak akan pernah bertemu lagi. Sedikit demi sedikit wajahnya berpaling dari sang bangau, pandangannya mengarah ke langit biru yang terhampar luas. Kelopak matanya masih refleks turun menahan hantaman angin yang bertiup landai.  Wanita dengan tubuh yang masih bersandar pada pagar pembatas itu mengembuskan napas lagi. Tangannya mulai merogoh tas yang menggantung di pundak kirinya, berharap ia menemukan alat elektronik yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Ia tak juga menemukannya. Satu persatu barang yang ada dalam tas itu ia keluarkan dan diletakkannya pada pagar pembatas, mulai dari bolpoin, buku kecil, semua alat make up yang ia miliki sampai pada yang terakhir yaitu lipstik . Ia baru menemukan ponsel yang dibaluti case berwarna hitam dan bergambar kucing kecil berwarna kuning.  Matanya menyipit ketika melihat jam pada ponselnya sudah mengarah pada angk

BANGAU SORE BERBICARA | Bagian satu

Gambar
Hanya kesenduan yang terasa. Tidak, lebih tepatnya kehilangan. Sesuatu yang hilang telah membuat wajah manisnya terlihat sendu. Ia menyandarkan sebagian tubuh bagian depan dengan kedua siku tangan yang menumpu pada pagar pembatas atap gedung bertingkat lima. Bola matanya menatap langit biru yang dilengkapi gumpalan awan putih berarak. Tangannya sibuk berkreasi, melipat selembar kertas usang dan penuh coretan hingga membentuk seperti unggas yang mana leher dan paruhnya panjang. Ia menyebutnya bangau. sesekali matanya melirik ketangannya. ia membolak-balikkan karya seni origami yang berbentuk bangau itu dan mencermati setiap sudut lipatan kertasnya. Mendapati karyanya yang sudah tercipta apik setelah sentuhan akhir, wanita dengan rambut berwarna hitam pekat itu meletakkan bangau kertas disamping siku kanannya tepat diatas pagar pembatas yang terbuat dari batu bata. Perlahan ia mengembuskan napas panjang. “Terbanglah!” Ia menoleh pada bangau kecil itu. sebagian wajah mungilnya tert

SOSOK IBU YANG BERBEDA

Bagian Empat.  Rismi menatap kosong kearah teman-temannya. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Sadar dengan ucapan tak sedap para ibu dari teman-temannya, ia mulai membuka pembicaraan. “Saya akan mempersembahkan puisi berjudul ibu, tapi saya tau jika ibu saya tak akan datang menemani saya disinii. Saya juga tau jika ayah yang akan datang menggantikannya. Oleh karena itu Saya tidak ingin menunjukkan persembahan itu untuk ayah.” Ayah Rismi kaget dengan ucapan anak satu-satunya itu. ia langsung mengangkat wajahnya yang murung memandang wajah mungil Rismi. “Memang ayah yang membuat ibu saya mati tak berdaya. Tapi bukan berarti dia orang tua yang tak peduli dengan saya. Awalnya saya mengira jika ayah tak mengharapkan kehadiran saya yang akhirnya membuat saya benci padanya. Tapi ketika air mata saya jatuh didepan makam ibu, saya melihat air mata tulusnya juga meleleh membasahi makam ibu. ayah berusaha sekuat tenaga untuk membuat saya berdiri, menegakkan badan saya, dan meng